Pesona Kota Santri Dalam Batik Ndulit Gresik
Demam batik kini melanda hampir semua
daerah di Nusantara. Daerah yang dahulu memiliki potensi batik lalu mati kini
bangkit kembali. Proses membatik kini ibarat jamur tumbuh pada musim hujan.
Bahkan, semua daerah mulai menghidupkan industri batik dengan motif ciri khas
mereka, seperti Gresik sebagai Kota Santri, kotanya para wali. Ada nilai filosofis dan makna di selembar
kain batik sehingga bukan sekadar corak menawan.
Potensi dan
ciri khas Gresik diangkat ke corak batik ndulit. Sisik bandeng sebagai cermin
daerah ini adalah penghasil bandeng. Taman laut menggambarkan kejayaan Gresik
sebagai kota
pelabuhan besar tempo dulu. Sekar Giri Ayu adalah upaya mengenang Dewi
Sekardadu, ibunda Sunan Giri.
Nuansa islami
pun diangkat dalam batik bercorak Mahkota Giri. Dalam motif Mahkota Giri ada
gambar trap limo atau undak-undakan berjumlah lima
tingkat, melambangkan lima
rukun Islam. Gambar Mahkota Giri menunjukkan Sunan Giri pernah dipercaya
memimpin Giri Kedaton, cikal bakal Gresik.
Gambar enam
kelopak bunga pudak atau bunga pandan yang biasa dipakai untuk tikar sebanyak
merupakan simbol enam rukun iman. Sembilan serbuk sari memiliki makna wali
sanga yang berjasa dalam pengembangan Islam. Dominasi warna hijau di daun
adalah simbol kota
santri.
Boleh jadi
geliat batik ndulit di Gresik muncul lagi setelah batik marak. Semangat
berbatik ria bergelora setelah batik ditetapkan sebagai warisan budaya Gresik.
Kain batik di
Gresik telah ada sebelum era industri di Gresik, yang ditandai kehadiran pabrik
semen dan pabrik pupuk. Namun, kegiatan membatik lama-kelamaan tergerus arus
industri yang berkembang pesat. Dampaknya, masyarakat lebih senang menjadi
pekerja pabrik dengan penghasilan pasti ketimbang menekuni batik yang belum
tentu hasilnya.
Saat ini baju
berpola batik ndulit baru dikenakan pegawai pemerintah dan guru di Gresik.
Meski demikian, kelahiran kembali batik Gresik dirintis sejak tiga tahun lalu
dan pengenalan secara luas baru dimulai pada 2009. kini batik ndulit telah
menjadi menjadi batik khas Gresik yang berbeda dengan batik lainnya.
Proses membatik
dilakukan di Jalan Magetan 82, di Perumahan Gresik Kota Baru. Ketika ditemui,
tiga perempuan sibuk nduliti (memberikan warna pada kain yang sudah dibatik).
Satu orang sibuk menjemur kain batik yang sudah didulit. “Perajin laki-laki
biasanya mloroti (menghilangkan malam).Untuk mempercepat proses membatik, para
perajin menggunakan canting elektrik. Alat tersebut didesain Komunitas Klampis
Ireng Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar